Assalamu’alaikum...
Hingga Rabu pagi ini aku masih senyum-senyum sendiri. Senangnya itu lho susah ditahan. Ibuku lah yang jadi korban pendengar celotehanku. Meski dia sedang serius nonton drama di DAAI TV, tapi dia berusaha konsen menjadi pendengar yang baik.
Bagaimana tidak senang, Selasa kemarin adalah hari yang aku dan teman-teman tunggu sejak hampir 3 bulan yang lalu. Pengumuman itu akhirnya tiba. Pengumuman yang akan menentukan nasib kami setidaknya untuk 5 semester ke depan.
Maret nanti kami akan di semester 4 yang mana peminatan sudah dibuka. Alhamdulillah, di angkatan kami, tujuh peminatan sudah bisa dibuka. Namun, hanya empat peminatan yang bisa dibuka terkait jumlah angkatan kami yang sedikit, sekitar 80 orang. Jadi sistemnya buka tutup seperti tahun lalu. Tujuh peminatan itu, yaitu K3, Kesehatan Lingkungan, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Gizi, Epidemiologi, Promosi Kesehatan, dan Biostatistik.
November lalu sudah dibuka Open House peminatan Kesehatan Masyarakat. Masing-masing dosen penanggungjawab peminatan mempresentasikan tentang masing-masing peminatan. Lalu kami dibagikan formulir untuk memilih 3 peminatan dengan prioritas utama dari 1 sampai 3. Di lembar itu juga disertakan nilai-nilai mata kuliah atau UAN sebagai penunjang peminatan yang kita pilih, meskipun pertimbangan utamanya adalah prioritas utama, niat dan alasan kita memilih peminatan itu.
Dan saat itulah perjuangan kami dimulai...
Kami, 9 orang, yaitu aku, najah, ati, rizka, zata, wiwid, ii, karlina dan ana berjuang agar peminatan Epidemiologi dapat dibuka (berasa kayak 9 power girls, hehe). Sebenarnya tidak ada hal khusus yang kami lakukan. Kami hanya perlu memilih Epidemiologi sebagai pilihan pertama di lembar formulir, tapi itu artinya kami mengorbankan nasib kami jika Epid tidak dibuka. Ini karena Epid sebelumnya belum pernah dibuka dan jumlah minimal kelas peminatan dibuka adalah 15 orang. Jadi ada kemungkinan kami dilempar ke peminatan lain. Huaa..
Selama 2 minggu batas pengumpulan formulir itu, kami berusaha memprovokasi teman-teman yang lain agar memilih Epid, meskipun tidak menjadi pilihan pertama. Setidaknya jika dari mereka ada yang terlempar, mereka akan masuk Epid sebagai pilihan alternatif kedua atau ketiga sehingga kuota Epid bisa mencapai hampir 15 orang.
Tapi tidak mudah untuk membujuk rayu mereka. Masing-masing memiliki pandangan sendiri untuk masa depannya. Kemana mereka melangkahkan kaki untuk masa depan, hanya mereka yang dapat memutuskan. Jadi meskipun kami berusaha keras membujuknya, keputusan ada di mereka. Karena kita sudah dewasa (wuii.. aku d.e.w.a.s.a).
Ya Allah, Engkau Yang Maha Berkehendak.
Engkau lebih mengetahui apa yang kubutuhkan dibanding apa yang kuinginkan.
Jika Engkau meridhoi pilihanku, mudahkanlah.
Jika Engkau berkehendak lain, ikhlaskanlah hati ini menerimanya..
Lalu formulir anak-anak itu dikumpulkan. Kami bersembilan sengaja mengisinya bareng-bareng pada hari H agar tidak ada yang berkhianat dan mengganti pilihan yang lain (pengalaman kakak kelas dulu, hehe). Kami perlu menunggu hingga ada yang dipanggil untuk sesi wawancara. Mungkin tujuannya untuk mengarahkan dan meyakinkan atas peminatan yang kita pilih. Akhirnya daftar anak-anak yang akan diwawancara telah dipampang di mading. Lumayan banyak, hampir 20 orang. Tapi tidak ada satu pun dari kami yang memilih Epidemiologi untuk diwawancara. Padahal awalnya mengira kami lah yang akan dipanggil untuk diarahkan memilih peminatan yang tahun sebelumnya sudah dibuka (wah.. negative thingking ^^v).
Tapi ada yang berubah. Wawancara dibatalkan. Lalu terdengar kabar bahwa akan ada pemilihan ulang peminatan. Muncullah berbagai alasan adanya pemilihan ulang. Mulai dari alasan kami ngawur dalam memilih peminatan, penggunaan prioritas pilihan yang tiga-tiganya sama hanya satu peminatan, peminatan Gizi yang tidak boleh ditutup, dsb.
Memang sih untuk Gizi hanya sedikit yang milih dibanding jumlah Epid. Flashback ke dua minggu batas pengumpulan formulir, kami sekelas musyawarah tentang pilihan peminatan. Hasilnya ditulis di papan tulis. Untuk pilihan pertama, paling banyak yang memilih K3, yaitu sekitar 33 orang dari 80 orang. Lalu kesehatan lingkungan (keslling), dan MPK yang saingan banyaknya. Lalu tersisa Epid dan Gizi yang bedanya tipis. Epid ada 9 orang dan gizi ada 6 orang. Itu artinya Epid memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dibuka dibanding Gizi. Akhirnya mereka yang Gizi berpindah haluan ke peminatan2 lain, kecuali Epid (banyak yang anti epid, huhu). Yang kutahu hanya 2 orang yang tetap memilih Gizi sebagai pilihan pertama.
Lalu permasalahannya adalah (ini kata temen) peminatan K3 dan Gizi tidak boleh ditutup karena itu adalah peminatan tertua sejak Kesmas berdiri (tahun di atasku sudah dibuka K3, Kesling, Gizi dan MPK). Jadi jika ingin ditutup, haruslah Kesling atau MPK sebagai peminatan yang termuda. Walah, tambah ribet ini.
Lagi-lagi aku hanya bisa berdoa dan pasrah. Kami bersembilan sepakat untuk tetap memilih Epid. Dukungan dari teman-teman dan dosen Epid juga sudah cukup untuk meyakinkan kami berjuang demi Epid (kok lama-lama berasa kayak mau ke medan perang ^^”).
Akhirnya dilakukanlah Open House ulang. Itu memakan waktu satu hari full dari pagi sampai sore. Presentasi peminatan kali ini lebih lama. Pada saat itulah sekretaris prodi kesmas menjelaskan adanya pemilihan ulang peminatan. Dia bilang bahwa alasan kami memilih peminatan ngawur, nggak realistis dan terkesan lebay, seperti “Alasan saya memilih peminatan ini adalah karena hati dan pikiran saya hanya ada peminatan ini.” Hihi.. lucu. Lalu kebanyakan dari kami menggunakan 3 pilihan hanya untuk 1 peminatan. Padahal tujuan adanya 3 itu agar kami punya alternatif jika kami dilempar (maksimal kuota satu peminatan adalah 20 orang).
Langsung saja hati ini ciut mendengar penjelasan beliau. Karena seolah-olah yang dikatakannya adalah hanya untukku. Bagaimana tidak, di formulir pilihan pertamaku adalah Epid dengan alasan “Karena saya senang dengan Epid. Hati saya cocoknya sama Epid. Orang tua merestui saya memilih Epid. Saya sudah sholat istikharah dan makin mantep dengan Epid. Dan bla..bla..bla”. Begitu pun dengan pilihan kedua. Aku memilih Epid dengan alasan “Karena sekali Epid tetap Epid dan bla..bla..bla”. Lalu pilihan ketiga aku tetap memilih Epid dengan alasan “Saya nggak tahu mau pilih apalagi selain Epid dan bla..bla..bla”. memang sih terkesan lebay. Tapi ini maksudnya adalah bahwa aku serius dengan Epid dan berharap kelas Epid bisa dibuka.
Lalu kami diberi waktu untuk mengembalikan formulir besoknya. Tapi kali ini berbeda. Peminatan yang dibuka ada lima. Bisa dibilang angkatan kami adalah angkatan yang bandel dan pertama kalinya ada pemilihan peminatan ulang. (horee..prok prok prok :D). Mungkin dibuka lima agar Gizi tetap dibuka. Entahlah..
Besoknya formulir dikumpulkan. Aku memilih Epid, Kesling dan Promkes. Muncullah hal yang baru lagi. Banyak anak-anak yang memilih Promkes (Promosi Kesehatan) sebagai pilihan alternatif kedua atau ketiga. Di sisi lain, sepertinya anak-anak tidak memilih Gizi sebagai pilihan alternatif. Waah.. makin seruuu..
Selang seminggu, artinya Selasa kemarin, pengumuman itu tiba. Lima peminatan sudah dibuka, yaituuu..
Jeng jeeeengg...
Jeng jeeeeeeengg...
Jeng jeeeeeeeeengg... (kelamaan jeng jeeng ^^”)
K3, Kesling, MPK, Epidemiologi, dan Promkes !!!
Horeeeee...
Alhamdulillah Ya Allah, Engkau mengabulkan doaku. Kini aku dan 8 orang temanku masuk Epid. Ditambah 6 orang yang terlempar ke Epid. Senangnya. Sampai pengen nangis, hiks :’)
Subhanallah, bener-bener nggak nyangka. Usaha kami untuk mempertahankan Epid membuahkan hasil. Kalau udah gini, jadi inget tentang ayat ini:
...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri... (Ar-Ra’d: 11)
Memang, perjuangan itu kalau berjuang sampai akhir, insya allah hasilnya manis :)
Niat kami tulus. Perjuangan kami ikhlas. Doa kami selalu teriring agar Allah meridhoi dan memudahkan jalan yang kami pilih untuk menggapai masa depan cerah yang sudah menunggu kami.. ahli Epidemiologi. Insya Allah. Aamiin.
Tapi satu hal yang pasti. Apapun peminatan yang kami pilih, gelarnya tetap SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat). Insya Allah :’)
Nb: Terima kasih untuk Ibu yang selalu sabar mendengar keluh kesahku karena peminatan ini. Ketika aku senang, kau juga senang. Ketika aku sedih, kau juga sedih. Ketika aku putus asa, kau pun juga. Kau selalu ada di tempatku berdiri. You’re my lovely Mom :)